KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena kasihnya penulis dapat menyelesaikan
tugasnya mengenai LAPORAN PRAKTIKUM PERTUMBUHAN KACANG MERAH.
Adapun penulisan makalah ini untuk menambah wawasan bagi semua yang membacanya, akhir kata penulis menyadari menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak tedapat kekurangannya, oleh karena itu dengan penuh kesadaran penulis akan menerima dengan senang hati semua kritik dan saran untuk melengkapi tulisan ini agar menjadi suatu karya yang lebih biak.
Adapun penulisan makalah ini untuk menambah wawasan bagi semua yang membacanya, akhir kata penulis menyadari menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak tedapat kekurangannya, oleh karena itu dengan penuh kesadaran penulis akan menerima dengan senang hati semua kritik dan saran untuk melengkapi tulisan ini agar menjadi suatu karya yang lebih biak.
14
Oktober 2013
Penulis
Merciel afrianti
Merciel afrianti
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….........……………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..........…..2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………........3
a. Latar Belakang…………………………………………………………………….......3
b. Rumusan masalah...………………………………………………………………....4
c. Tujuan………….…………………………………………………………………..........4
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………......5
a. Landasan teori……………………………………………………………………......5
b. Definisi perkecambahan…………………………………………………………...5
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan……....…………...6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………11
BAB IV HASIL PENGAMATAN……………………………………….………….12
BAB V KESIMPULAN……………………………………………………...………..14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….....…….15
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..........…..2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………........3
a. Latar Belakang…………………………………………………………………….......3
b. Rumusan masalah...………………………………………………………………....4
c. Tujuan………….…………………………………………………………………..........4
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………......5
a. Landasan teori……………………………………………………………………......5
b. Definisi perkecambahan…………………………………………………………...5
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan……....…………...6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………11
BAB IV HASIL PENGAMATAN……………………………………….………….12
BAB V KESIMPULAN……………………………………………………...………..14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….....…….15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kacang merah ini memiliki 2 tipe yaitu, Kacang Buncis
(Phaseolus vulgaris L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe
tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah
Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan
sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke
negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.
Warna bijinya merah bertotol – totol merah tua, sesuai
dengan namanya. Buahnya (polong ) berwarna kuning, kalau masih muda berwarna
hijau dan kadang – kadang berwarna merah. Kalau sudah tua berubah menguning,
mengering, dan siap panen. Buahnya yang berbentuk polong memanjang, hanya
sedikit lebih panjang bila dibandingkan dengan bucis. Dalam satu polong ada 2 –
3 biji kacang merah. Bentuk kacang merah yang masih utuh sama dengan kacang
buncis, baik daun, bunga maupun bentuk polongnya.
Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke
berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia
sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991
mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton. Pada umumnya, kacang merah
ditanam pada musim kemarau, karena pada musim penghujan tanaman akan londot.
Hal ini di karenakan terlalu banyak air yang di serap. Pada musim kemarau pun
penyiraman tanaman juga harus diperhatikan, misalnya penyiraman 2 hari sekali.
Kacang merah memiliki kandungan gizi yang sangat baik, hal
ini sangat menguntungkan bagi kesehatan tubuh manusia apalagi jika diolah
secara baik dan benar. Kacang merah kering merupakan sumber protein nabati,
karbohidrat kompleks, serat, vitamin B, folasin, tiamin, kalsium, fosfor, dan
zat besi. Folasin adalah zat gizi esensial yang mampu mengurangi resiko
kerusakan pada pembuluh darah.
1.2 Rumusan masalah
1.
Bagaimanakah proses perkecambahan ada kacang merah?
2.
Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkecambahan kacang merah
3.
Apakah perbedaan cahaya tempat perkecambahan mempengaruhi proses perkecambahan?
4.
Apakah tipe perkecambahan kacang merah?
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui proses perkecambahan pada kacang
merah
2. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi
perkecambahan pada kacang merah
3.Untuk mengetahui pengaruh perbedaan tempat perkecambahan
terhadap proses perkecambahan
4. Untuk mengetahui tipe perkecambahan kacang merah
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
1. Landasan Teori
Taksonomi tanaman
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo
: Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus
vulgaris L.
Definisi Perkecambahan
Ahli fisiologi tumbuhan menetapkan perkecambahan sebagai kejadian
yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga atau
pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit
biji (Bewley dan Black, 1982, 1984; Mayer, 1974 dalam Salisbury 1992).
Biji dapat tetap viabel (hidup),
tapi tak mampu berkecambah atau tumbuh karena beberapa alasan : kondisi luar
atau kondisi dalam. Situasi dalam yang mudah dipahami adalah embrio yang belum
mencapai kematangan morfologi untuk mampu berkecambah (misalnya, pada beberapa
anggota Orchidaceae, Orobanchaceae,
atau genus Ranuncullus). Hanya
waktulah yang memungkinkan kematangan ini berkembang. Perkecambahan biji
tumbuhan budidaya mungkin hanya terhambat oleh kurangnya kelembapan atau suhu
hangat. (Salisbury,1992)
Untuk membedakan kedua keadaan yang
berlainan itu, ahli fisiologi benih menggunakan dua istilah : Kuisen, yaitu
kondisi biji saat tidak mampu berkecambah hanya karena kondisi luarnya tidak
sesuai (misalnya, biji terlalu kering atau terlalu dingin); dan dormansi, yaitu
kondisi biji gagal berkecambah karena kondisi dalam, walaupun kondisi luar
(suhu, kelembaban dan atmosfer) sudah sesuai (Salisbury, 1992)
Sementara biji berkembang, maka
generasi baru,dalam bentuk janin mulai berkembang di dalamnya. Permulaan ini
hanya terbatas, karena pertumbuhan embrio segera terhenti. Biji itu kemudian
dipisahkan dari tanaman tertua dan mulailah penyebarannya. Pada akhirnya
berlangsung perkecambahan, biasanya setelah biji itu matang. Perkecambahan
adalah pengulangan kembali tentang pertumbuhan janin, dan akan dilengkapi
dengan keluarnya radikula di luar biji.
Menurut Copeland (1976) dalam Abidin
(1984) perkecambahan adalah “ the resumpition of active growth of a young plant
from the seed “ yang berarti aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat suatu
embrio dalam perkembangan dari biji menjadi tanaman muda. Perkecambahan dan
pemantapan adalah saat-saat genting dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam
tingkatan inilah selama siklus hidup setiap spesies maka jumlah terbesar
individunya mati. Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah, baik secara
sengaja ataupun secara tidak sengaja merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkecambahan. Biji yang terdapat di permukaan tanah tidak memiliki cukup
persediaan air untuk melengkapi perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji
urung berkecambah atau mungkin menghabiskan sama sekali persediaan makanan
untuk menembus tanah dan mendapatkan cahaya.(Tjitrosomo, dkk, 1983).
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Perkecambahan
a.
Faktor Dalam (Faktor Internal)
Faktor dalam yang mempengaruhi
perkecambahan benih antara lain :
-
Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat
kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena
belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum
sempurna (Sutopo, 2002).
Pada umumnya sewaktu kadar air biji
menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai
masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat
kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum
(viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil,
1979).
-
Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat
mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil
pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan
digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo,
2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi
karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
-
Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila
benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu
keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada
dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban
yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
-
Hormon
Tidak semua hormon tumbuhan
(fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan. Ada beberapa fitohormon
yang menghambat proses perkecambahan.
Fitohormon yang berfungsi yang
merangsang perkecambahan:
Auksin
Mematahkan dormansi biji dan akan
merangsang proses perkecambahan biji. Memacu proses terbentuknya akar.
Giberelin
Berperan dalam mobilisasi bahan
makanan selama proses perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan
bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperma. Untuk
keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik
yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke
embrio sebagai sumber energy sebagai pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui
mampu
meningkatkan aktivitas enzim
amylase.
Sitokinin
Berinteraksi dengan giberelin dan
auksin untuk mematahkan dormansi biji. Selain itu, sitokinin juga mampu memicu
pembelahan sel dan pembentukan organ.
Fitohormon yang berfungsi sebagai
penghambat perkecambahan antara lain:
Etilen
Berperan menghambat transportasi
auksin secara basipetal dan lateral. Adanya etilen dapat menyebabkan rendahnya
konsentrasi auksin dalam jaringan.
Asam Absisat
Bersifat menghambat perkecambahan
dengan menstimulasi dormansi biji. Selain itu, asam absisat akan menghambat
proses pertumbuhan tunas.
Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat
perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di
permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan
yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
b.
Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi
perkecambahan diantaranya:
a. Air
Penyerapan air oleh benih
dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah
air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang
diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan
air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,2002). Perkembangan benih tidak akan
dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen
(Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55
persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air
tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi
dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau
bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen
berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
1. Untuk melembabkan atau melunakkan
kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio
dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas
masuknya oksigen kedalam biji melalui dinding sel yang diimbibisi oleh air
sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara difusi.
3. Untuk mengencerkan protoplasma
sehingga dapat mengaktifkan sejumlah proses fisiologis dalam embrio seperti
pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan. Proses-proses tersebut tidak
akan berjalan secara normal, apabila protoplasma tidak mengandung air yang
cukup.
4. Sebagai alat transport larutan
makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk
protoplasma baru.
Suhu
Suhu merupakan syarat penting kedua
bagi perkecambahan biji. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti
kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level
“hydration minimum” yang bersifat khusus untuk perkecambahan. Dalam
proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang berbeda yang
akan dialami oleh benih.
Ketiga titik suhu kritis tersebut
dikenal dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas:
Suhu minimum
Suhu terkecil dimana proses
perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu perkecambahan. Bagi
kebanyakan biji tanaman, kisaran suhu minimumnya antara 0-50C. Jika biji berada
di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka kemungkinan besar biji akan
gagal berkecambah atau tetap tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.
Suhu optimum
Suhu dimana kecepatan dan persentase
biji yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama proses perkecambahan
berlangsung. Suhu ini merupakan suhu yang menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan biji. Suhu optimum berkisar antara 26,5-350C.
Suhu maksimum
Suhu tertinggi dimana perkecambahan
masih mungkin untuk berlangsung secara normal. Suhu maksimum umumnya berkisar
antara 30-400C. Suhu di atas maksimum biasanya mematikan biji karena keadaan
tersebut menyebabkan mesin metabolism biji menjadi nonaktif sehingga biji
menjadi busuk dan mati.
Suhu optimal adalah yang paling
menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan
tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo,
2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan
ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat
tumbuh giberellin.
Oksigen
Faktor oksigen berkaitan dengan
proses respirasi. Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan
meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2,
air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat
proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan
laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam
benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah
dalam udara yang mengandung 29% oksigen dan 0.03% CO2. Namun untuk benih yang
dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih
ditingkatkan sampai 80%, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang
dari 3%.
Cahaya
Pengaruh cahaya akan berkaitan
langsung dengan lama penyinaran harian matahari (fotoperiodisitas). Hubungan
antara pengaruh cahaya dan perkecambahan biji dikontrol suatu system pigmen
yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun dari chromophore dan
protein. Chromophore adalah bagian yang peka terhadap cahaya. Fitokrom memiliki
dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik) yaitu fitokrom merah
yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrominfra merah yang mengabsorbsi sinar
infra merah.Bila pada biji yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah,
makafitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah, yang
manamenimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan tempat
14
oktober 2013
Dirumah
masing-masing
2. Alat dan bahan:
1. 18 buah
kacang merah ( Polibak A 3biji,polibak B
5biji dan polibak C 10biji )
2.
3 buah polibak
3. Air
4. Penggaris
6.
Alat
tulis
3. Prosedur
1. Taruh tanah dalam masing-masing polibak.
2.
Beri pada polibak A 3BIJI , polibak B 5biji dan polibak C
10biji
3. Taruh 3 polibak di
tempat yang terang.
4.
Berikan
keterangan pada masing-masing polibak
tersebut.
5. Catat perubahan perkembangan
biji kacang merah.
4 Hipotesis
(+) Cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan
dan perkecambahan pada kacang merah.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Hasil
pengamatan perkembangan perkecambahan pada kacang merah
POLIBEK
1
Ket: Biji kacang merah yang ditanam ada 3 yang tumbuh hanya 1.
Ket: Biji kacang merah yang ditanam ada 3 yang tumbuh hanya 1.
Tgl
|
Tinggi tanaman
|
Tinggi Daun
|
Lebar Daun
|
|
21-10-2013
|
11
cm
|
5,5
cm
|
5
cm
|
|
28-10-2013
|
18
cm
|
7,8
cm
|
6,5
cm
|
|
25-10
2013
|
21
cm
|
9,4
cm
|
5,5
cm
|
|
2-11-2013
|
38
cm
|
11
cm
|
7,5
cm
|
|
9-11-
2013
|
40
cm
|
13,3
cm
|
9,2
cm
|
|
16-11-
2013
|
43
cm
|
15,5
cm
|
11
cm
|
POLIBEK 2
Ket: Biji kacang merah yang ditanam ada 5 yang tumbuh hanya 3.
Ket: Biji kacang merah yang ditanam ada 5 yang tumbuh hanya 3.
Tgl
|
Tinggi Batang
|
Tinggi daun
|
Lebar Daun
|
|||||||
Batang 1
|
Batang 2
|
Batang 3
|
Daun 1
|
Daun 2
|
Daun 3
|
Batang 1
|
Batang 2
|
Batang 3
|
||
21-10 2013
|
20cm
|
25cm
|
21,7cm
|
9,2cm
|
6,6cm
|
6cm
|
3,2cm
|
4,6cm
|
5cm
|
|
28-10-2013
|
25cm
|
30cm
|
23,7cm
|
7cm
|
7,5cm
|
7,5cm
|
4,9cm
|
6,1cm
|
7cm
|
|
25-10 2013
|
45cm
|
36cm
|
28,5cm
|
11cm
|
9,7cm
|
8cm
|
5,7 cm
|
6,3cm
|
6cm
|
|
2-11- 2013
|
35cm
|
42cm
|
35cm
|
11,4cm
|
11,8cm
|
10,1cm
|
6,4cm
|
6,5cm
|
8,5cm
|
|
9-11- 2013
|
40cm
|
45cm
|
38cm
|
13,8cm
|
12,6cm
|
11,4cm
|
7,8cm
|
6,9cm
|
9,5cm
|
|
16-11-2013
|
46cm
|
42cm
|
40cm
|
14,5cm
|
13,2cm
|
13,5cm
|
9,5cm
|
7,6cm
|
10,3cm
|
|
POLIBEK
3
Ket: Biji kacang merah yang di tanam ada 10 yang tumbuh hanya 5.
Ket: Biji kacang merah yang di tanam ada 10 yang tumbuh hanya 5.
Tgl
|
Tinggi Batang
|
Tinggi Daun
|
|||||||||
Btg 1
|
Btg 2
|
Btg 3
|
Btg 4
|
Btg 5
|
Btg 1
|
Btg 2
|
Btg 3
|
Btg 4
|
Btg 5
|
||
21-10-2013
|
20cm
|
27,5cm
|
25,3cm
|
29cm
|
25,3cm
|
5,3cm
|
5cm
|
5,2cm
|
6,5cm
|
5,8cm
|
|
28-10- 2013
|
28cm
|
29,5cm
|
27,5cm
|
30cm
|
26,5cm
|
7,5cm
|
7,4cm
|
7,9cm
|
8cm
|
7cm
|
|
25-10- 2013
|
35cm
|
32,7cm
|
28,5cm
|
32cm
|
28,2cm
|
6cm
|
6,6cm
|
8,5cm
|
8,3cm
|
8,1cm
|
|
2-11- 2013
|
36cm
|
35,4cm
|
30,7cm
|
33cm
|
30,5cm
|
8cm
|
7,3cm
|
8,9cm
|
9,8cm
|
8,6cm
|
|
9-11- 2013
|
42cm
|
37,6cm
|
32,5cm
|
35cm
|
31,9cm
|
10,4cm
|
8,5cm
|
9,2cm
|
11cm
|
9,2cm
|
|
16-11- 2013
|
45cm
|
39,7cm
|
32,9cm
|
35,7cm
|
33cm
|
11,1cm
|
8,8cm
|
9,6cm
|
12,7cm
|
9,8cm
|
|
Tgl
|
Lebar Daun
|
|
|||||
Daun 1
|
Daun 2
|
Daun 3
|
Daun 4
|
Daun 5
|
|
|
|
21-10-2013
|
5cm
|
5,5cm
|
5cm
|
5,2cm
|
2,4cm
|
||
28-10-2013
|
7cm
|
6,8cm
|
7,5cm
|
7,5cm
|
3,5cm
|
||
25-10-2013
|
7,4cm
|
7cm
|
7,8cm
|
7,7cm
|
3,9cm
|
||
2-11-2013
|
8,1cm
|
8,5cm
|
8,2cm
|
8cm
|
4cm
|
||
9-11-2013
|
8,7cm
|
8,8cm
|
8,6cm
|
8,2cm
|
4,2cm
|
||
16-11- 2013
|
9,5cm
|
9cm
|
9cm
|
8,5cm
|
4,6cm
|
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kacang merah
merupakan tumbuhan yang proses perkecambahannya di atas tanah (epigeal) karena
daun lembaganya(cotyledon) terangkat ke atas akibat adanya pembetangan ruas
batang yang berada dibawah daun lembaga. Bagian kecambah terdiri atas plumula,
kaulikulus, kotiledon dan radikula. Plumula (puncuk lembaga) adalah bagian dari
lembaga yang merupakan calon-calon daun. Kaulikulus (batang lembaga) merupakan
calon batang yang terdiri dari epikotilatau ruas batang yang berada yang
terdiri dari epikotil atau ruas batang yang berada di atas daun lembaga dan
hipokotil yaitu ruas batang yang terletak di bawah daun lembaga. Kotiledon
(daun lembaga) yaitu daun yang pertama yg muncul pada suatu tumbuhan dan
berfungsi sebagai cadangan makanan padamasa perkecambahan. Radicula (akar lembaga)
merupakan bagian lembagayang terletak dibagian pangkal dan terdapat kaliptra
(tudung akar) yang berfungsi untuk melindungi akar dan membantu untuk menembus
tanah. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut dipengaruhi
oleh faktor dari luar maupun dari dalam. Faktor dari dalam berupa hormon sedang
faktor dari luar yaitu gen, cahaya matahari, suhu udara, kelembaban udara,
tanah, nutrisi dan air.
DAFTAR
PUSTAKA
Aryulina, Diah dkk., 2005. Biologi SMA
untuk Kelas XII. Jakarta: Esis.
Suwarno.2002.Biologi.Jakarta: Pusat pembukuan
departemen pendidikan nasional.
www.insklopedia biologi.com